Soejanto, Laily Tiarani (2012) Efektivitas Role Playing Untuk Meningkatkan Keterampilan Coping Adaptif Pada Siswa SMP.
Text
artikel.docx Download (44kB) |
Abstract
Ketidakmampuan remaja mengelola emosi dalam menghadapi setiap tekanan ketegangan, dan tuntutan sosial di masa perkembangan ini terbukti telah menimbulkan sejumlah permasalahan sosial. Keterampilan coping adaptif adalah berbagai upaya, baik mental maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau meminimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Permasalahan penelitian ini yaitu apakah role playing efektif meningkatkan keterampilan coping adaptif siswa. Rancangan yang digunakan adalah Single Subject Design, model A-B-A yakni terdapat tiga fase penelitian fase baseline, treatment dan maintenance. Fase baseline untuk mengetahui tingkatan keterampilan coping adaptif dilakukan observasi dan rubrik penilaian keterampilan coping adaptif, apabila diketahui skor siswa rendah, relatif stabil dan konsisten, maka fase treatment dapat dilakukan selama 12 sesi, kemudian dilanjutkan pada fase maintenance. Data dianalisis dengan empat kriteria yaitu: level, central tendency, trend dan latency. Subyek penelitian adalah 6 orang siswa kelas VII SMPN Satu Atap Merjosari Malang. Berdasarkan hasil penelitian peningkatan tampak bervariasi pada setiap indikator keterampilan coping adaptif siswa dengan rata-rata persentase peningkatan sebesar 6,88 % untuk keterampilan problem solving, 28,23% untuk keterampilan support seeking strategy, 22,05% untuk keterampilan avoidance serta 13,89% untuk keterampilan externalizing. Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa role playing dapat meningkatkan keterampilan coping adaptif siswa. Saran yang perlu dipertimbangkan antara lain: 1) agar pelaksanaan pelatihan keterampilan coping adaptif dapat terlaksana dengan baik, seorang konselor perlu memiliki kompetensi teknis, dan keterampilan mengelola diri sendiri yang baik; 2) konselor perlu memiliki kompetensi teknis khususnya dalam memimpin sebuah kelompok; 3) konselor perlu mempertimbangkan budaya tiap peserta; 4) konselor perlu memperhatikan kondisi fisik dan kondisi psikologis siswa sebelum pelatihan berlangsung. Saran untuk peneliti selanjutnya adalah: 1) indikator-indikator keterampilan pada pelatihan ini bukanlah hal yang baku karena indikator tersebut dapat berbeda antara budaya peserta yang satu dengan yang lainnya; 2) naskah cerita dalam pelatihan ini perlu dibuat lebih menarik agar peserta dapat lebih tertarik bermain peran dalam melatihkan keterampilan-keterampilan yang diharapkan; 3) peneliti lanjutan dapat melakukan pengujian keefektifan pelatihan terhadap subjek lain dengan karakteristik yang berbeda.
Item Type: | Article |
---|---|
Divisions: | Fakultas Ilmu Pendidikan > Bimbingan dan Konseling |
Depositing User: | LAILY TIARANI SOEJANTO |
Date Deposited: | 30 Mar 2017 02:52 |
Last Modified: | 15 Dec 2022 22:48 |
URI: | http://repository.unikama.ac.id/id/eprint/108 |
Actions (login required)
View Item |